Bunda PAUD Kabupaten Tegal Ny. NurLaelah Enthus Susmono dengan Anak - anak Usia Dini dan PD Himpaudi |
Pembangunan
Nasional pada bidang Pendidikan di
Indonesia, diarahkan guna mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para
warganya mengembangkan diri. Baik berkenaan dengan aspek jasmaniah dan rohaniah, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pembentukan kualitas suatu bangsa yang adiluhung, berkarakter dan berdaya
saing di era globalisasi. Tidak lepas dari peranan pendidikan mereka dalam masa
Usia Dini. Berbagai bentuk layanan pendidikan anak usia dini seperti : TPA, KB,
SPS, TK dan RA tumbuh bagai jamur di musim hujan. Disetiap pelosok dari kota sampai
ke ujung pedesaan mudah ditemukan satuan pendidikan anak usia dini.
Beberapa alasan strategis mengapa PAUD perlu
diintensifkan:
- Memenuhi
hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara baik (UUD 1945/Konvensi Hak Anak).
- Mengoptimalkan
masa emas perkembangan anak (Kajian Neuro-sience, psikologi, & pedagogi).
- Meningkatkan
kesiapan anak bersekolah (Hasil riset/empirik).
- Meningkatkan
efisiensi pendidikan: menurunkan angka mengulang kelas dan meningkatkan
kemampuan anak untuk mengikuti pendidikan lebih tinggi (UNESCO, 2004).
- Jangka
panjang: (1) meningkatkan produktivitas kerja, kesejahte-raan hidup, penerimaan
pajak; (2) menurunkan angka kejahatan dan pengangguran (UNESCO, 2004).
- Sebagai
investasi sumber daya manusia (human
capital) yang paling menguntungkan (James Heckman, 2003).
Kabupaten
Tegal, salah satu dari 35 kota/kabupaten se Jawa Tengah. Tahun 1950an telah
lahir TK di Slawi kulon TK Perwari. Tahun 1999 UPTD SKB berdiri Kelompok
Bermain pertama. Di tahun 2018 tercatat
KB, TK, TPA dan SPS telah mencapai 600an lembaga PAUD. Jumlah tersebut belum
termasuk RA/BA yang ditangani KEMENAG/DEPAG.
Seperti
daerah lain, kabupaten Tegal dalam pelaksanaan program PAUD masih menghadapi
beberapa masalah antara lain :
-
Proses tumbuh kembang anak dan faktor-faktor yang
mempengaruhi belum dipahami oleh sebagian (cukup besar) para pengambil
kebijakan, orang tua dan keluarga, lembaga-lembaga pemberi pelayanan anak usia
dini dan media masa.
-
Ego sektoral yang
berlebihan untuk menunjukkan identitas
program masing-masing
- Pelayanan holistik-integratif
karena akan menghilangkan
sejarah panjang dari program mereka.
- Kekakuan dari sistim perencanaan dan penganggaran
program, yang berpegang
pada fungsi dan sub fungsi pembiayaan
dan dilaksanakan berdasarkan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI)
masing-masing kementerian dan lembaga
-
Perebutan tenaga pengelola yang melayani di garis
terdepan. Masing-masing sektor senantiasa berkeinginan untuk “memiliki”
kader-kader atau tenaga pengelola terbaik yang ditugaskan di garis terdepan.
- Disisi lain, di sebagian tempat, berbagai program sektor
sebetulnya dilakukan oleh kader atau tenaga pengelola yang sama.
- Kader perlu
di latih untuk merubah pola
pikir (mindset)
dari pola pikir sektoral,
terpisah-pisah, dan tidak
terintegrasi menjadi multi-sektor, multi-disiplin dan dalam satu kerjasama tim
yang terpadu.
- Otonomi daerah dan desentralisasi
pemerintahan, dapat menyulitkan pengintegrasian program dan pendanaan pemerintah pusat
dengan program dan pendanaan dari pemerintah daerah.
-
Pemerintah daerah cenderung
menginginkan program dan kegiatan PAUD hanya dibiayai oleh pemerintah pusat.
- Pendanaan untuk
penyelenggaraan pelayanan PAUD holistik integratif belum memadai.
Seiring dengan gambaran diatas,
HIMPAUDI terpanggil melakukan kegiatan -
kegiatan Kampanye Gerakan PAUD
Berkwalitas agar mampu meningkatkan APK
dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD). Sejalan dengan program tersebut
jaminan kesejahteraan dan masa depan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)
tidak terabaikan. Terima kasih.
Link Terkait : https://www.youtube.com/watch?v=KuCBnSQcEoc&t=6s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar